Menjadi Kaya Yang Dirindu Syurga


Harta adalah amanah dari Alloh SWT. Banyak orang yang berkata bahwa harta adalah saudara kandung nyawa. Keduanya saling bersinergi dalam mendukung dan menopang kehidupan manusia di dunia. Maka menjaga harta adalah sesuatu yang asasi seperti halnya menjaga nyawa. Dalam kajian ilmu fiqih harta (al-maal) termasuk bagian dari 5 hal pokok yang harus dijaga dan dilindungi dalam Islam (adh-dharuriyyaat al-khams). Penjagaan harta sama pentingnya dengan penjaan agama (ad-diin), akal (al-aql), jiwa (an-nafs) dan keturunan (ad-dhuriyyah).

Alloh SWT telah menciptakan manusia lengkap dengan fasilitas harta. Bahkan, sebelum manusia diciptakan Alloh telah mencatat dengan detail dalam lembaran takdirnya tentang bagian rezeki (baca harta) yang akan diberikan di dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Sesungguhnya setiap kalian dikumpul kan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah (sperma) kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama waktu itu juga, kemudian menjadi mudghoh (segumpal daging) selama waktu itu pula, kemudian Alloh mengutus malaikat meniupkan ruh kepadanya dan mencatat 4 perkara yang telah ditentukan yaitu: rezeki (harta), ajal, amal perbuatan dan sengsara atau bahagiannya” (HR.Bukhori-Muslim).

Berdasarkan informasi hadits tersebut, sungguh benar bahwa Alloh menyertai ajal seseorang dengan rezekinya masing-masing. Artinya, selama manusia hidup (bernyawa) maka selama itu pula rezekinya masih terus ada. Menyikapi hadits tersebut, bukan berarti kita tidak perlu berusaha dalam mendapatkan harta. Justru kita harus giat bekerja dan berusaha mendapatkan harta tersebut, karena kita tidak tahu takdir rezeki kita seberapa. Jangan karena alasan tawakkal kita tidak mau bekerja dan berusaha.

Sebuah kisah, saat Syaqiiq melihat burung yang patah kedua sayapnya, ia dapati burung tersebut tetap mendapat makanan yang dibawa oleh burung lain yang sehat. Kemudian ia berkata, “Dzat yang mengilhami burung sehat untuk menyantuni burung yang patah kedua sayapnya di tempat yang sepi ini pastilah berkuasa untuk memberiku rezeki di manapun aku berada. Maka, aku putuskan untuk berhenti bekerja dan aku menyibukkan diriku dengan ibadah kepada Allah”. Kemudian Ibrahim bin Adham menegurnya, “Wahai Syaqiiq, mengapa kamu serupakan dirimu dengan burung yang cacat itu? Mengapa engkau tidak berusaha menjadi burung sehat yang memberi makan burung yang sakit itu? Bukankah itu lebih utama?

Alloh telah memerintahkan kita untuk bekerja dan beramal. Saat kita bekerja dengan ikhlas niscaya kita akan mendapatkan pahala berlimpah. Alloh dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat amal dan kerja kita. Sebagaimana firman Alloh SWT:
“dan katakanlah: bekerjalah kalian, niscaya Alloh dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian, dan kalian akan dikembalikan kepada Alloh yang maha mengetahui yang ghoib dan yang nyata, lalu diberikannya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan (QS. At-Taubah[9]:105)”

Ayat tersebut hendaknya menginspirasi kita untuk selalu aktif dan kreatif dalam mendatangkan rezeki Alloh. Kita mesti mengoptimalkan semua potensi, daya dan kemampuan baik yang lahir maupun batin guna mendatangkan harta yang melimpah dan halal. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa harta yang berwujud materi bukanlah semata-mata kekayaan kita. Justru kita memiliki kekayaan sejati yang sangat berharga, yaitu kekayaan hati. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Bukanlah kaya itu karena banyaknya harta benda, tetapi kaya yang sejati adalah kaya hati”(HR. Bukhori dan Muslim)

Dalam kenyataan kehidupan negeri ini, sepertinya makna hadits tersebut jauh dari karakter diri kita. Betapa banyak manusia yang rela mengorbankan harga diri, kehormatan dan kesucian jiwa hanya untuk mengejar harta benda. Betapa mudahnya mereka melakukan penipuan, suap dan korupsi dengan terang-terangan. Harta benda saudaranya direbut dengan paksa. Rumah dan tempat tinggal saudaranya digusur dengan semena-mena. Sawah ladang tetangganya dipindah sertifikat dengan leluasa. Data laporan keuangan negaranya dimanipulasi dengan bangga, seolah tanpa dosa. Semua itu dilakukan hanya untuk satu tujuan, “menumpuk harta”. Bahkan mereka amat sangat mencintai harta, takut kehilangan dan bakhil.

Sungguh sangat berbeda kondisi kita dengan karakter sosok manusia pilihan. Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah contoh manusia yang dikaruniai kekayaan harta dan hati. Mereka meletakkan harta hanya di tangan, bukan di hati. Mudah bagi mereka menginfaqkan harta untuk menegakkan kalimat Alloh. Mereka saling berlomba dalam menginfaqkan hartanya di jalan Alloh. Tidak ada sama sekali kekhawatiran akan hilangnya harta. Kalaupun harta mereka hilang, itu pun tidak sampai melukai hati, hati mereka tetap kaya. Kaya harta dan kaya hati, itulah profil manusia yang dirindu surga

Sebagai seorang mu’min kita dituntut agar memiliki kekayaan harta dan hati. Dua kekayaan inilah yang akan memudahkan langkah kita menuju keridhaan Alloh SWT. Hampir dipastikan bahwa sebagian besar kewajiban seorang mu’min hanya akan sempurna jika ditopang dengan kekayaan harta benda dan hati yang suci. Infaq, shodaqoh, zakat dan haji adalah contohnya. Kita tidak akan bisa melakukan kewajiban tersebut selamanya, jika dalam kondisi miskin harta dan miskin hati.

Dalam banyak ayat, Alloh SWT memerintahkan hambanya untuk berjihad dengan harta dan jiwa. “Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa, mereka memiliki derajat yang tinggi di sisi Alloh (QS. At-Taubah 20)”. Dalam ayat lain disebutkan, “berangkatlah dalam kondisi ringan dan berat dan berjihadlah di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian, yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui (QS. At-Taubah: 41)” Bahkan, Rasulullah pernah mengingatkan kita dalam sabda Beliau, “Takutlah kepada api neraka meskipun hanya dengan bersedekah separuh biji kurma” (HR. Bukhori dan Muslim). Ayat Alloh dan peringatan Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa jihad dengan kekayaan harta dan hati akan mendekatkan diri kita menuju surga dan menjauhkan dari api neraka.

Maka, mari saatnya kita berusaha “menjadi kaya yang dirindu surga”

ﷲ INSYA ALLAH ﷲ Bermanfaat


Semuanya dari Alloh milik Alloh untuk disebar luaskan demi tegaknya Islam... ^_^

Maka dipersilahkan untuk men-share/membagikan dan meng-copy paste-nya....

Silahkan tag sendiri yaa...

Gabung di sini yuukk.. :

https://www.facebook.com/vera.berharap.ridhonya.1

http://www.facebook.com/pages/Taman-Hikmah-Islami/258172537533741


http://www.facebook.com/pages/Alquran-dan-Hadits/167465033273623

http://www.facebook.com/pages/1-Ayat-Al-Quran-1-Tafsiran/249765705041493


http://www.facebook.com/pages/INSYA-ALLAH/172805932789734


http://www.facebook.com/PENDAMBA.SURGA.ALLAH


http://www.facebook.com/pages/Subhanallah-Alhamdulillah-Allahu-Akbar/198460586889916


dikutib dari : http://www.facebook.com/media/set/?set=a.260770900659705.56941.139984956071634&type=1

*•♥•*´¨`*•.♥♥.•*´¨`*•.*♥ ✿♥✿♥*.•*´¨`*•.♥♥.•*´¨`*•♥•*

0 comments:

Post a Comment

About Me

My photo
anak tangga yang tak terpijak,,, menanti untuk dipijak,, dan teraniyaya bila terpijak,,,
Powered by Blogger.

Followers

Language

Catatanku

Catatanku
Tentangku

Al-Qur'an



Hadist

Search in the Hadith
Search:
in
Download | Free Code
www.SearchTruth.com

Al-Ikhwan

Download

Facebook

Floating Share