✿(̆̃̃¤. ¸¸.-"¯`♥♥♥***•.ℒℴνℯ***✿(̆̃̃¤. ¸¸.-"¯`♥♥♥
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●
(¯*•๑۩۞۩:♥Bismillaahir~Rahmaanir~Rahiim♥:۩۞۩๑•*¯)
●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●
♥♥♥.•*•. ♥♥.•*•. ♥ (`'•.¸♥ ¸.•'´) ♥ .•*•.♥♥.•*•. ♥♥♥
(♥)(♥)(`'•.¸♥ ¸.•'´),,,Sahabat Fillaah,,,(`'•.¸♥ ¸.•'´)(♥)(♥)
♥♥♥.•*•. ♥♥.•*•. ♥ (`'•.¸♥ ¸.•'´) ♥ .•*•.♥♥.•*•. ♥♥♥
Hemmmmm,,, browsing2 e,, tak sengaja dapet cerita,,, uhuiii,, pa bisa jdi pelajaran bt aq ya,, hehehe,,,
cekitout,, :D
Ada sebuah kisah cantik yg dikutip oleh Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan dlm Taujih Ruhiyah-nya. Kisah menarik ini, atau yg semakna dgnnya jg termaktub dlm karya agung Ibnul Qayyim Al Jauziyah yg khusus membahas para pencinta dan pemendam rindu, Raudhatul Muhibbin.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Ini kisah tentang seorang gadis yg sebegitu cantiknya. Dialah sang bunga di sebuah kota yg harumnya semerbak hingga negeri2 tetangga. Tak banyak yg prnah melihat wajahnya, sedikit yg prnah mndengar suaranya, dan bisa dihitung jari org yg prnah berurusan dgnnya. Dia seorang pemilik kecantikan yg terjaga bagaikan Bidadari di taman surga.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Sebagaimana wajarnya, sang gadis jg mmendam cinta. Cinta itu tumbuh, anehnya, kpd seorang pemuda yg blm prnah dilihatnya, blm prnah dia dengar suaranya, dan blm tergambar wujudnya dlm benak. Hanya karena kabar. Hanya karena cerita yg beredar. Bahwa pemuda ini tampan bagai Nabi Yusuf. Bahwa akhlaqnya suci, Bahwa ilmunya tinggi, Bahwa keshalihannya membuat iri, Bahwa ketaqwaannya tlh berulang kali teruji. Namanya kerap muncul dlm pembicaraan dan doa para ibu yg merindukan menantu.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Gadis pujaan itu tlh kasmaran sejak didengarnya dari sang bibi berkisah tentang pemuda idaman. Tetapi begitulah, cinta itu terpisah oleh jarak, terkekang oleh waktu, tersekat oleh rasa asing dan ragu. Hingga hari itu pun tiba. Sang pemuda berkunjung ke kota sigadis untuk sebuah urusan. Dan cinta sang gadis tak lagi bisa menunggu. Ia telah terbakar rindu pada sosok yg bayangannya mengisi ruang hati. Meski tak pasti adakah benar yg ia bayangkan tentang matanya, tentang alisnya, tentang lesung pipitnya, tentang ketegapannya, tentang semuanya. Meski tak pasti apakah cintanya bersambut sama.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Maka ditulisnyalah surat itu, memohon bertemu. dan ia mendapat jawaban. ”Ya”, katanya. Akhirnya mereka bertemu di satu tempat yg disepakati. Berdua saja. Awal-awal tak ada kata. Tapi bayangan masing2 tlh merasuk jauh menembus mata, menghadirkan rasa tak karuan dalam dada. Dan sang gadis yg mendapati bahwa apa yg ia bayangkan tak seberapa dibanding aslinya; kesantunannya, kelembutan suaranya, kegagahan sikapnya. Ia berkeringat dingin. Tapi diberanikannya bicara, karena demikianlah kebiasaan yg ada pada keluarganya.
”Maha Suci Allah”, kata sigadis sambil sekilas kembali memandang, ”Yang telah menganugerahi engkau wajah yg begitu tampan.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Sang pemuda tersenyum. Ia menundukkan wajahnya. ”Andai saja kau lihat aku”, katanya, ”Sesudah tiga hari dikuburkan. Ketika cacing berpesta membusukkannya.Ketika ulat-ulat bersarang di mata. Ketika hancur wajah menjadi busuk bernanah. Anugerah ini begitu sementara. Janganlah kau tertipu olehnya.”
”Betapa inginnya aku”, kata sigadis, ”Meletakkan jemariku dlm genggaman tanganmu.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya.Ia menjawab sambil tetap menunduk memejamkan mata. ”Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu. Tetapi coba bayangkan, kulit kita adlh api neraka; yg satu bagi yg lainnya. Tak berhak saling disentuhkan.Karena di akhirat kelak hanya akan menjadi rasa sakit. dan penyesalan yg tak berkesudahan.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Si gadis ikut tertunduk. ”Tapi tahukah engkau”, katanya melanjutkan, ”Telah lama aku dilanda rindu, takut, dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakkan kepalaku di dadamu yg berdegub. Agar berkurang beban2, Agar Allah menghapus kesempitan dan kesusahan.”
”Jangan lakukan itu kecuali dengan haknya”, kata si pemuda. ”Sungguh kawan2 akrab pd hari kiamat satu sama lain akan mnjadi seteru, Kecuali mreka yg bertaqwa.”
(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯).
♥☆♥...(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯)...♥☆♥☆♥...(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯)...♥☆♥
Kita cukupkan sampai di sini sang kisah. Mari kita dengar komentar Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan tentangnya. ”Apa yg kita pelajari dari kisah ini?”,demikian beliau bertanya. ”Sebuah kisah yg indah. Sarat dgn ’ibrah dan pelajaran. Kita lihat bahwa sang pemuda demikian fasih membimbing sigadis untuk menghayati kesucian dan ketaqwaan kepada Allah.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
”Tapi”, kata beliau memberi catatan. ”Dalam kisah indah ini kita tanpa sadar melupakan satu hal. Bahwa sang pemuda dan gadis melakukan pelanggaran syari’at, bahwa sang pemuda mencampur adukkan kebenaran dan kebathilan. Bahwa ia meniupkan nafas da’wah dlm atmosfer yg ternoda. Dan dampaknya bisa kita lihat dlm kisah; sang gadis sama sekali tak mengindahkan da’wahnya. bahkan ia makin berani dlm kata2, mengajukan permintaan2 yg makin meninggi tingkat bahayanya dlm pandangan syari’at Allah.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Ya. Dia sama sekali tak memperhatikan isi kalimat da’wah sang pemuda. Buktinya, kalimatnya makin berani dan menimbulkan syahwat dlm hati. Mula2 hanya mengagumi wajah, Lalu membayangkan tangan bergandengan, jemarinya menyatu bertautan, Kemudian membayangkan berbaring dlm pelukan.
Subhanallah,,,, bagaimana jika percakapan diteruskan tanpa batas waktu???!!
”Kesalahan itu”, kata Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan memungkasi, ”Telah terjadi sejak awal.” Apa itu? ”Mereka berkhalwat! Mereka tak mengindahkan peringatan syari’at dan pesan Sang Nabi tentang hal yg satui ni.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Ya. Mereka berkhalwat! Bersepi berduaan. Ya, Sang pemuda memang sedang berda’wah, Tapi meminjam istilah salah seorang Akhi yg paling saya cintai dlm ’surat cinta’-nya yg masih saya simpan hingga kini, ini adalah ”Da’wah dusta!”
Da’wah dusta, Di jalan cinta para pejuang, mari kita hati-hati terhadap jebakan syaithan. Karena yg tampak indah sllu hrs diperiksa dgn ukuran kebenaran.
♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥
♥♥ ✿♥ ✿♥ ...Semoga bermanfaat... ✿♥ ✿♥ ♥♥
♥♥`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*♥♥
Ada sebuah kisah cantik yg dikutip oleh Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan dlm Taujih Ruhiyah-nya. Kisah menarik ini, atau yg semakna dgnnya jg termaktub dlm karya agung Ibnul Qayyim Al Jauziyah yg khusus membahas para pencinta dan pemendam rindu, Raudhatul Muhibbin.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Ini kisah tentang seorang gadis yg sebegitu cantiknya. Dialah sang bunga di sebuah kota yg harumnya semerbak hingga negeri2 tetangga. Tak banyak yg prnah melihat wajahnya, sedikit yg prnah mndengar suaranya, dan bisa dihitung jari org yg prnah berurusan dgnnya. Dia seorang pemilik kecantikan yg terjaga bagaikan Bidadari di taman surga.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Sebagaimana wajarnya, sang gadis jg mmendam cinta. Cinta itu tumbuh, anehnya, kpd seorang pemuda yg blm prnah dilihatnya, blm prnah dia dengar suaranya, dan blm tergambar wujudnya dlm benak. Hanya karena kabar. Hanya karena cerita yg beredar. Bahwa pemuda ini tampan bagai Nabi Yusuf. Bahwa akhlaqnya suci, Bahwa ilmunya tinggi, Bahwa keshalihannya membuat iri, Bahwa ketaqwaannya tlh berulang kali teruji. Namanya kerap muncul dlm pembicaraan dan doa para ibu yg merindukan menantu.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Gadis pujaan itu tlh kasmaran sejak didengarnya dari sang bibi berkisah tentang pemuda idaman. Tetapi begitulah, cinta itu terpisah oleh jarak, terkekang oleh waktu, tersekat oleh rasa asing dan ragu. Hingga hari itu pun tiba. Sang pemuda berkunjung ke kota sigadis untuk sebuah urusan. Dan cinta sang gadis tak lagi bisa menunggu. Ia telah terbakar rindu pada sosok yg bayangannya mengisi ruang hati. Meski tak pasti adakah benar yg ia bayangkan tentang matanya, tentang alisnya, tentang lesung pipitnya, tentang ketegapannya, tentang semuanya. Meski tak pasti apakah cintanya bersambut sama.
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Maka ditulisnyalah surat itu, memohon bertemu. dan ia mendapat jawaban. ”Ya”, katanya. Akhirnya mereka bertemu di satu tempat yg disepakati. Berdua saja. Awal-awal tak ada kata. Tapi bayangan masing2 tlh merasuk jauh menembus mata, menghadirkan rasa tak karuan dalam dada. Dan sang gadis yg mendapati bahwa apa yg ia bayangkan tak seberapa dibanding aslinya; kesantunannya, kelembutan suaranya, kegagahan sikapnya. Ia berkeringat dingin. Tapi diberanikannya bicara, karena demikianlah kebiasaan yg ada pada keluarganya.
”Maha Suci Allah”, kata sigadis sambil sekilas kembali memandang, ”Yang telah menganugerahi engkau wajah yg begitu tampan.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Sang pemuda tersenyum. Ia menundukkan wajahnya. ”Andai saja kau lihat aku”, katanya, ”Sesudah tiga hari dikuburkan. Ketika cacing berpesta membusukkannya.Ketika ulat-ulat bersarang di mata. Ketika hancur wajah menjadi busuk bernanah. Anugerah ini begitu sementara. Janganlah kau tertipu olehnya.”
”Betapa inginnya aku”, kata sigadis, ”Meletakkan jemariku dlm genggaman tanganmu.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya.Ia menjawab sambil tetap menunduk memejamkan mata. ”Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu. Tetapi coba bayangkan, kulit kita adlh api neraka; yg satu bagi yg lainnya. Tak berhak saling disentuhkan.Karena di akhirat kelak hanya akan menjadi rasa sakit. dan penyesalan yg tak berkesudahan.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Si gadis ikut tertunduk. ”Tapi tahukah engkau”, katanya melanjutkan, ”Telah lama aku dilanda rindu, takut, dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakkan kepalaku di dadamu yg berdegub. Agar berkurang beban2, Agar Allah menghapus kesempitan dan kesusahan.”
”Jangan lakukan itu kecuali dengan haknya”, kata si pemuda. ”Sungguh kawan2 akrab pd hari kiamat satu sama lain akan mnjadi seteru, Kecuali mreka yg bertaqwa.”
(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯).
♥☆♥...(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯)...♥☆♥☆♥...(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯)...♥☆♥
Kita cukupkan sampai di sini sang kisah. Mari kita dengar komentar Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan tentangnya. ”Apa yg kita pelajari dari kisah ini?”,demikian beliau bertanya. ”Sebuah kisah yg indah. Sarat dgn ’ibrah dan pelajaran. Kita lihat bahwa sang pemuda demikian fasih membimbing sigadis untuk menghayati kesucian dan ketaqwaan kepada Allah.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
”Tapi”, kata beliau memberi catatan. ”Dalam kisah indah ini kita tanpa sadar melupakan satu hal. Bahwa sang pemuda dan gadis melakukan pelanggaran syari’at, bahwa sang pemuda mencampur adukkan kebenaran dan kebathilan. Bahwa ia meniupkan nafas da’wah dlm atmosfer yg ternoda. Dan dampaknya bisa kita lihat dlm kisah; sang gadis sama sekali tak mengindahkan da’wahnya. bahkan ia makin berani dlm kata2, mengajukan permintaan2 yg makin meninggi tingkat bahayanya dlm pandangan syari’at Allah.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Ya. Dia sama sekali tak memperhatikan isi kalimat da’wah sang pemuda. Buktinya, kalimatnya makin berani dan menimbulkan syahwat dlm hati. Mula2 hanya mengagumi wajah, Lalu membayangkan tangan bergandengan, jemarinya menyatu bertautan, Kemudian membayangkan berbaring dlm pelukan.
Subhanallah,,,, bagaimana jika percakapan diteruskan tanpa batas waktu???!!
”Kesalahan itu”, kata Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulwan memungkasi, ”Telah terjadi sejak awal.” Apa itu? ”Mereka berkhalwat! Mereka tak mengindahkan peringatan syari’at dan pesan Sang Nabi tentang hal yg satui ni.”
.•*´¯)...♥☆♥☆♥...
Ya. Mereka berkhalwat! Bersepi berduaan. Ya, Sang pemuda memang sedang berda’wah, Tapi meminjam istilah salah seorang Akhi yg paling saya cintai dlm ’surat cinta’-nya yg masih saya simpan hingga kini, ini adalah ”Da’wah dusta!”
Da’wah dusta, Di jalan cinta para pejuang, mari kita hati-hati terhadap jebakan syaithan. Karena yg tampak indah sllu hrs diperiksa dgn ukuran kebenaran.
♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥
♥♥ ✿♥ ✿♥ ...Semoga bermanfaat... ✿♥ ✿♥ ♥♥
♥♥`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*♥♥
Assalamu'alaikum
Izin copas ya,,,
Terimaksih sebelumnya